- Back to Home »
- Fakta makan larut malam
Posted by : Unknown
Minggu, 19 Oktober 2014
Awas,
jangan makan setelah lewat pukul 6 petang. Jangan terlalu banyak minum
air es, nanti gemuk. Rajin minum jamu bersih darah agar tidak jerawatan.
Dan, masih banyak lagi pantangan atau anjuran yang katanya bisa membuat
Anda langsing, atau terhindar dari penyakit. Cek dulu kebenarannya
sebelum ikut arus. Berikut ini hasil konsultasi femina dengan dr.
Michael Triangto, SpKO. Dari sekian banyak mitos yang banyak beredar
selama ini, berikut adalah 15 fakta di antaranya.
Persoalannya
tidak terletak pada pukul berapa Anda makan. Tetapi, pada apa yang Anda
makan, berapa banyak, dan seberapa berat aktivitas Anda sepanjang hari
itu. Tiga pertanyaan inilah yang menentukan apakah bobot Anda akan
turun, naik, atau tetap di angka timbangan yang sama. Sebab, kapan pun
Anda makan, tubuh akan menyimpan kelebihan kalori itu dalam bentuk
lemak. Kalau Anda ingin mengudap sebelum tidur, pikirkan berapa banyak
kalori yang telah masuk ke tubuh Anda di hari itu.
Banyak
yang beranggapan bahwa mengonsumsi jenis makanan yang butuh waktu cerna
lebih panjang, seperti jeruk dan seledri, bisa melangsingkan tubuh.
Anggapan ini lumayan lama beredar di kalangan penganut fad diet (pola
diet jangka pendek), dengan istilah negative-calorie food. Persoalannya,
makanan seperti ini tidak ada! Besar kalori dalam makanan yang disebut
sebagai negative-calorie food itu bahkan lebih besar dari kalori yang
dibutuhkan tubuh untuk melakukan proses pencernaan.
Apakah
Anda ikut memperhitungkan asupan kalori dari minuman Anda sepanjang
hari ini? Minuman bersoda yang Anda teguk siang ini memiliki jumlah
kalori yang sama dengan sebuah apel dan seiris roti, yaitu sekitar 150
kalori (lihat nomor 4 di bawah). Smoothie buah yang Anda minum bisa
mengandung 500-1.000 kalori setiap porsinya.
Sementara
itu, kandungan susu full cream dalam latte porsi sedang yang Anda minum
siang ini mengandung hingga 260 kalori. Bahkan Margarita dari pesta
coktail semalam bisa menambahkan lebih dari 500 kalori ke dalam tubuh
Anda! Apabila masukan kalori dari minuman ini sebesar 1.200-1.500
kalori/hari, lebih baik alihkan untuk makanan saja. Sementara itu, pilih
air putih sebagai pengganti yang sehat.
Embel-embel
keterangan ’free calorie’ atau ’diet’ dalam berbagai pilihan minuman
kemasan bisa membuat Anda gemuk! Penelitian selama 8 tahun terhadap 800
responden membuktikan bahwa mereka yang minum sebotol soda diet setiap
hari, justru cenderung mengalami peningkatan bobot tubuh, dibanding
mereka yang hanya mengonsumsi minuman ringan biasa, atau air. Para
ilmuwan berpikir bahwa pemanis buatan dapat mengacaukan kimia dalam
otak, yang meningkatkan keinginan terhadap makanan/minuman yang
manis-manis. Makin banyak Anda minum, makin tinggi keinginan Anda untuk
makan/minum yang manis-manis.
Tubuh
kita sebagian besar tersusun oleh cairan. Fakta ini benar. Namun, tidak
benar jika untuk langsing, Anda lantas mengonsumsi teh herba yang
mengandung diuretik untuk memaksa keluarnya cairan dari tubuh. Sebab,
bahan aktif yang terdapat dalam teh bisa mengubah keseimbangan
elektrolit dalam tubuh, sehingga otak akan merespons dengan munculnya
rasa haus untuk memenuhi kebutuhan ini. Alhasil, berat yang sempat turun
berangsur akan kembali naik. Parahnya, praktik yang berulang akan
menyebabkan kerusakan ginjal, karena dipaksa bekerja keras melebihi
kapasitas.
Banyak
orang beranggapan bahwa kandungan lemak dan minyak dari makanan akan
menggumpal menjadi lemak beku, jika kita minum air es selesai makan.
Kenyataannya, tubuh kita menghasilkan panas, sehingga suhu di dalam
organ pencernaan lebih tinggi daripada suhu di rongga mulut. Lemak beku
yang menempel ini akan larut dengan sendirinya saat masuk ke organ
pencernaan. Artinya, dengan atau tanpa es, lemak akan tetap masuk ke
tubuh. Sehingga, bukan esnya yang jadi masalah, tapi jenis makanan,
porsi, dan kalorinya.
Pernah
dengar istilah ’gemuk air’? Hal ini menggambarkan orang yang berusaha
mengeluarkan keringat sebanyak mungkin agar bobot tubuhnya tidak
bertambah. Alhasil, banyak yang memaksa diri berolahraga secara keras,
untuk memacu keluarnya keringat. Padahal, lemak baru terbakar setelah 20
menit latihan. Tetapi, bersamaan dengan itu, intensitas olahraga yang
tinggi sejak awal telah menguras tenaga Anda. Akhirnya, Anda berhenti di
saat tubuh mulai membakar lemak. Sayang, ’kan?